Kastrasi berfungsi sebagai pengobatan pada kelainan testis, misalnya pengangkatan tumor (venereal sarcoma) atau orchitis, monorchid dan cripthorcid. Kastrasi atau emasculating pada kuda merupakan prosedur pembedahan yang sering dilakukan oleh setiap praktisi kuda. Biasanya kuda dikastrasi pada umur 12-18 bulan. Kuda yang dikastrasi pada umumnya tidak memiliki ketertarikan kepada kuda betina namun memiliki sifat yang lebih tenang sehingga tenaga yang dimiliki dapat dimaksimalkan untuk fungsi tunggang dan pacu. Hewan yang sudah dikastrasi biasanya mudah mengalami penambahan berat badan. Kastrasi kuda jantan yang dilakukan lebih awal (sebelum masa pubertas) memiliki keuntungan, yaitu menurunkan resiko timbulnya berbagai penyakit yang berhubungan dengan hormon testosteron serta peradangan dan kelainan pada organ genital.
Keadaan fisiologis kuda sebelum operasi diperiksa terlebih dahulu untuk memastika kesiapan kuda. Pemeriksaan dilakukan dengan menghitung frekuensi napas, frekuensi jantung, suhu tubuh kuda, dan kondisi skrotum kuda. Testis kuda yang akan dikastrasi dipastikan harus sudah turun keduanya pada kantung skrotum. Hal ini merupakan suatu penanda kuda sudah cukup umur untuk dikastrasi. Kuda yang akan dikastrasi dipuasakan terlebih dahulu ±12 jam sebelum operasi kastrasi dilaksanakan. Skrotum harus dibersihkan dengan menggunakan air sabun, alkohol 70%, dan iodin sebelum operasi kastrasi dilaksanakan.
Alat-alat yang digunakan dalam operasi kastrasi steril adalah satu set alat bedah minor, emasculator, benang catgut 1/0, rooster, tali longser, pisau blade ukuran 20, cluster, stalhaster, syringe, needle, tampon, kapas, dan sarung tangan. Bahan-bahan yang digunakan selama operasi kastrasi antara lain larutan premedikasi sekaligus sedasi, larutan bius, antibiotik serbuk, antibiotik cair, antibiotik spray (semprot), larutan antiinflamasi, alkohol 70%, iodine 10%, sabun, dan aquades.
Metode yang biasanya dilakukan dalam operasi kastrasi kuda adalah operasi kastrasi terbuka. Metode kastrasi terbuka dilaksanakan dengan melakukan penyayatan mulai dari bagian distal skrotum, tunika dartos, hingga tunika vaginalis communis. Tempat kastrasi berada di lapangan terbuka dan diberi alas jerami maupun alas lainnya yanh sekiranya tidak terlalu keras bertujuan untuk mencegah luka trauma pada kuda saat direbahkan maupun berdiri saat kesadaran kuda kembali pulih.
Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan pemberian premedikasi via intravena (IV) dan anestesi via intravena (IV). Cluster dipasangkan pada masing-masing kaki sehingga gerakan tiba-tiba yang ditimbulkan oleh kuda dapat dikendalikan. Setiap ujung cluster dilengkapi dengan tali yang kuat atau juga rantai untuk mempermudah pengendalian cluster. Handlerer dilapangan harus siap siaga jika kaki kuda tiba tiba susah dikendalikan.
Kuda yang telah teranastesi dibaringkan dengan posisi right lateral recumbency. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pencapaian dan eksplorasi testis serta sebagai teknik yang digunakan untuk mencegah tertriknya sisa funilculus spermaticus secara berlebih pasca pemotongan. Kastrasi dengan cara kuda yang dibaringkan lebih banyak digunakan karena dapat mengurangi resiko kecelakaan operator dan pasien dalam pembedahan.
Gambar 1. Kastrasi kuda
Skrotum didesinfeksi menggunakan air sabun, alkohol 70%, dan iodine. Skrotum kemudian disayat sepanjang 5 cm. Penyayatan dilakukan mulai dari lapisan skrotum, tunika dartos, tunika vaginalis, dan tunika albuginea. Setelah mencapai tunika vaginalis, testis dipreparasi ke arah dorsal untuk melepaskan pertautan tunika vaginalis yang melapisi funikulus spermatikus. Funikulus spermatikus tersebut kemudian difiksasi dan ditarik sejauh mungkin kemudian diikat menggunakan catgut 1/0 dengan simpul mati. Funikulus spermatikus yang sudah diikat tersebut dijepit menggunakan emasculator pada bagian bawah ikatan. Testis kemudian dipotong dimulai pada bagian bawah emasculator ( seperti pada gambar 1). Setelah testis diangkat, setiap bagian kantung skrotum dibilas menggunakan iodine 10% dan diberikan antibiotik serbuk. Setelah itu selanjutnya berikan antibiotik semprot (spray). Selanjutnya tindakan (post-operasi) yaitu pemberian obat rutin antibiotik dan antiinflamasi yang diberikan secara intramuscular (IM). Laporan observasi pemilik juga kami perhatikan setelah operasi seperti nafsu makan dsb.
Sumber Bacaan
Cable C. 2011. Castration in horse [Internet]. [diunduh 2014 Nov 12]. Tersedia pada: http//www.ACVS.com.
Hinggins AJ dan Sinder JR. 2006. The Equine Manual 2nd Edition. Ed Littlewood. Philadelphia (US): Elsevier Saunders.
Ogilvie TH. 1998. Large Animal Internal Medicine. USA (US): Williams and Wilkns.
Rose RF, Hodgson DR. 2000. Manual of Equine Practice. Philadelphia (US): Saunders.
Searle D, Dart AJ, Dart CM, and Hodgson DR. 1999. Equine castration: review of anatomy, approaches, techniques and complication in normal, cryptorchid and monorchid horses. Aust Vet Vol (77): 7: 428-434
Tidak ada komentar:
Posting Komentar