Senin, 12 Oktober 2020

apa itu toxoplasma serta cari solusi menggunakan deteksi cepat toxoplasma pada hewan ,

PENGERTIAN Toxoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii yang memberikan dampak merugikan pada hewan dan manusia diseluruh dunia. Toksoplasma bukan suatu kuman, bakteri dan virus tetapi merupakan parasite. Penyakit ini termasuk penyakit zoonosis (menular dari hewan ke manusia) (Dubey et al., 2004). penyakit zoonosis yang disebabkan oleh parasit protozoa Toxoplasma gondii Ini adalah parasit yang sangat umum menginfeksi pada manusia dan hewan berdarah panas lainnya, dengan sekitar sepertiga populasi manusia duniadiperkirakan telah terkena parasit. PENYEBAB
Toxoplasma gondii (T. gondii) adalah parasit intraseluler yang menginfeksi berbagai hewan berdarah panas termasuk kucing, anjing, dan manusia (Garcia et al., 2012). Infeksi oleh toksoplasmosis dapat terjadi karena menelan kista di jaringan daging yang kurang matang atau mentah atau tidak sengaja menelan oosista dari lingkungan (Duan et al., 2012).
Perkembangan Toxoplasma di dalam usus kucing menghasilkan ookista yang dapat keluar bersama feses, mencemari lingkungan dan menjadi sumber penularan karena dapat mengkontaminasi bahan makanan dan air minum. Manusia, hewan mamalia dan unggas terinfeksi Toxoplasma melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi ookista. Ookista setelah keluar bersama feses kucing akan mengalami perkembangan yang menghasilkan spora. Ookista yang sudah berspora akan tahan lama di lingkungan. Menurut review Jones dan Dubey (2012) dari hasil di penelitian di Amerika Serikat, ookista pada feses kucing yang tidak terimbun tanah akan tahan selama 48 hari, yang terimbun tanah 334 hari, yang terkubur pada kedalaman 3-9 cm dapat bertahan sampai 18 tahun; dan ookista juga resisten terhadap desinfektan serta tahan dalam suhu dingin bahkan pada suhu -21 °C tahan sampai 28 hari. Jadi, kotoran. kucing yang mengandung ookista yang menjadi sumber penularan, tetapi bukan bulu kucing. Selain ookista yang keluar bersama feses, sumber penularan yang tidak kalah penting adalah daging atau telur. Apabila ternak (sapi, kambing, domba, babi, ayam) menelan ookista berspora, hewan-hewan tersebut terinfeksi dan bertindak sebagai induk semang perantara yang dapat menular ke manusia melalui daging, telur atau susu yang kurang masak, karena dalam daging ternak yang terinfeksi terdapat kista Toxoplasma. Beberapa penelitian di benua Amerika dan Eropa yang dirangkum oleh Jones dan Dubey (2012) menunjukkan, kebiasaan memakan daging mentah atau kurang masak, terutama daging babi, domba, sapi potong, kelinci, hewan buruan serta meminum susu (sapi dan kambing) mentah, merupakan faktor resiko infeksi T. gondii, baik secara perolehan maupun kongenital. Sayangnya, di Indonesia belum tersedia data mengenai faktor resiko kebiasaan makan makanan mentah yang dikaitkan dengan kejadian infeksi T. gondii. Meskipun belum ada data, tetapi yang perlu diwaspadai adalah bahwa beberapa ternak sebagai sumber makanan kita ternyata terinfeksi. Berikut adalah contoh beberapa hasil penelitian di Surabaya yang menunjukkan produk ternak (daging dan telur) kita terinfeksi T. gondii. Penelitian yang didasarkan pada uji parasitologis dengan bioassay ini menghasilkan temuan antara lain bahwa 20%-40% daging kambing, baik yang dijual di pasar tradisional maupun supermaket di Surabaya positif mengandung parasit (Mufasirin dan Suwanti 2001). Hal yang sama juga terjadi pada 30% daging ayam yang dijual di pasar tradisional di Surabaya (Suwanti dkk, 2006) dan 16,7 % telur ayam kampung yang dijual sebagai campuran jamu (Mufasirin dan Suwanti 2008). PENCEGAHAN Prinsip pencegahan toxoplasmosis adalah dengan memutus rantai penularan, sehingga ookista maupun kista tidak masuk kedalam tubuh manusia maupun hewan. Tindakan yang bisa dilakukan adalah mencuci tangan sebelum makan, Tidak memberi hewan pakan daging dan jeroan mentah. Tidak membiarkan hewan peliharaan berburu burung, tikus, kecoa. Membersihkan tempat kotoran kucing setiap hari. GEJALA KLINIS Pada anjing memperlihatkan gejala renitis dan neuritis. Umumnya pada anjing ditemukan eksudat serosanguinous pada rongga tubuh, terdapat nodul-nodul kecil pada paru-paru. Terjadi pembengkakan limfoglandula regional, pada usus terdapat tukak kecil terutama pada duodenum dan anus. Perivascular cuffing ditemukan di serebrum dan medula spinalis, kista ditemukan di otot, paru-paru, limpa dan jantung. Muncul gejala saraf Timbul gejala kekuningan pada mata, gusi, kulit Kejangkejang dan stress Kelesuan dan kelemahan otot Kelumpuhan anggota gerak Demam, muntah, diare Berat badan turun akibat nafsu makan berkurang Gangguan pernafasan Keradangan pada retina, kornea dan tonsil Kesakitan pada daerah sekitar perut Pada kucing, pneumonia terjadi lebih intensif, rongga alveoli berisi fibroblast, sehingga konsistensinya berubah menjadi seperti paru-paru janin. Anak-anak kucing yang induknya diinokulasi Toxoplasma pada saat bunting menunjukkan multifocal granulomatous encephalitis, miokarditis, miositis dan pneumonia interstitialis. Gejala yang ditimbulkan pada kucing yang terinfeksi diantaranya panas tubuh tinggi, lesu, nafsu makan berkurang, berat badan turun, pupil mata mengecil, ataxia (otot kehilangan koordinasi), tremor, kelumpuhan, muntah, diare dan kejang DIAGNOSA Untuk memastikan bahwa pasien menderita toxoplasmosis diperlukan penegakan diagnosa laboratoris. Diagnosa terhadap Toxoplasmosis dapat dilakukan dengan beberapa cara, secara langsung melalui pemeriksaan digesti dan CT scan, secara tidak langsung dengan cara serologi : ELISA. Pemeriksaan dengan ELISA setidaknya memerlukan waktu 2 hari, memerlukan alat (Elisa Reader) dan biaya yang cukup mahal. Diagnosa secara langsung (digesti) memiliki kekurangan yaitu dimana pada infeksi rendah hasilnya kurang memuaskan sehingga perlu dilakukan bioassay. Kekurangan diagnosa secara tidak langsung (serologi) pada infeksi baru hasilnya kurang baik, sedangkan pada infeksi kronis dimana kista bradizoit sudah mengalami pengapuran hasilnya tetap positif. (Indrawati, 2002). Pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan darah, pemeriksaan analisis urin, pemeriksaan preparat apus darah). Pada anjing penderita toxoplasmosis terjadi pada pemeriksaan analisis darah terjadi leukopenia, neutropenia, lymphopenia sedangkan pada pemeriksaan analisis urin terjadi peningkatan kadar protein dan bilirubin - Pemeriksaan biokimia, terjadinya abnormalitas tingginya enzim ALT dan AST pada hati - Serological test untuk mengetahui kadar IgM dan IgG - PCR (Polymerase Chain Reaction) - CSF (Cerebrospinal Fluid) Sehingga kami dokter hewan praktisi tergerak untuk mencari kit diagnostik yang lebih cepat (Dipstick) yang berbasis teknik immunokromatografi (Mufasirin dkk, 2012). Teknik ini merupakan model deteksi antigen atau antibodi pada material (analit) dan hasil deteksi berupa warna yang dapat dilihat dengan mata telanjang seperti gambar dibawah ini , berikut ini gambar skema salah satu perjalanan toxoplasma,
PENGOBATAN Pengobatan menggunakan antibiotik Clindamycin dan Sulfadiazine. Anti parasit menggunakan Pyremithamine. Pencegahan langkah pertama yaitu jika memiliki hewan kesayangan bawa untuk dilksanakn pemeriksaan sedini mungkin bersama dokter hewan kepercayaan anda. PENULARAN PADA MANUSIA Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan pada manusia, antara lain kebiasaan makan sayuran mentah dan buah-buahan yang dicuci kurang bersih, kebiasaan makan tanpa cuci tangan terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA Duan G, Tian YM, Li BF, Yang JF, Liu ZL, Yuan FZ, Zhu XQ, Zou FC. 2012. Seroprevalence of Toxoplasma gondii infection in pet dogs in Kunming, Southwest China. Parasites & Vectors 5:18-20. Dubey JP, Miller NL, Frenkel JK. 1970. The Toxoplasma gondii oocyst from cat feces. J. Exp. Med. 132:636-662. Garcia G, Sotomaior C, Nascimento AJ, Navarro IT, Soccol VT. 2012. Toxoplasma gondii in goats from Curitiba, ParanĂ¡, Brazil: Risks factors and epidemiology. Rev. Bras. Parasitol. Vet. Jaboticabal. 21:42-47. Indrawati. 2002. Toxoplasmosis, Aspek Kesehatan dan Penatalaksaannya. http://rudyct.250x.com/sem1012/agustinindrawati.htm (20 Maret 2017). http://repository.unair.ac.id/40088/1/gdlhub-gdl-grey-2016-suwantiluc-40495-pg.01-15-p.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar